Nama : Nurul azmi yuningsih
Kelas : 2TB04
NPM : 28314257
Mata Kuliah : Arsitektur dan Lingkungan
Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial dan perlindungan lingkungan sehingga kota menjadi tempat yang layak huni tidak hanya bagi generasi sekarang, namun juga generasi berikutnya.
Green city bertujuan untuk menghasilkan sebuah pembangunan kota yang berkelanjutan dengan mengurangi dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan dengan kombinasi strategi tata ruang, strategi infrastruktur dan strategi pembangunan sosial.
Berikut adalah contoh dari kota yang berhasil dalam menerapkan elemen Green city:
1. Barcelona, Spanyol (Kota Cerdas atau Smart City)
Program Kota Cerdas Barcelona menampilkan tujuh inisiatif unggulan diantaranya adalah sistem pencahayaan pintar (smart lighting), energi pintar (smart energy), air pintar (smart water), transportasi pintar (smart transportation) dan mobilitas bebas karbon. Target ini dikombinasikan dengan perbaikan tata kota, kajian ekologi dan teknologi informasi guna meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat perkotaan.
Dampak program Kota Pintar Barcelona ini telah dirasakan: 50% sistem energi untuk penerangan kota telah berhasil dikontrol dari jarak jauh. Dan 12% taman-taman kota ditargetkan memiliki alat pengendali irigasi jarak jauh pada akhir 2013.
Barcelona juga berhasil menambah jalur sepeda dan pejalan kaki sejauh 2 kilometer dari 73 km jalur hijau yang telah tersedia. Barcelona tahun ini masuk sebagai finalis Siemens dan Cities Climate Leadership Group (C40) City Climate Leadership Awards 2013 untuk kategori Intelligent City Structure.
2. Copenhagen, Denmark – the bike city sets a trend in Europe
Copenhagen merupakan ibu kota negara yang dinobatkan sebagai salah satu kota yang sangat ramah lingkungan sedunia. Denmark termasuk dari negara pertama di dunia yang menetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan menerapkan hukum lingkungan pada tahun 1973. Jelas sekali, pada saat ini Copenhagen mengadi kota utama di Eropa yang mempromosikan dan menerapkan gaya hidup public yang peduli lingkungan. Ibukota Denmark ini juga dianggap sebagai ibukota organik di dunia, dikarenakan satu dari 10 produk yang dijual disini adalah produk organik.
Sistem penyewaan sepeda dan 100 km jalur sepeda menyediakan 36% dari seluruh masyarakat untuk dapat bersepda lebih dari 1.1 juta km sehari. Diantara beberapa sumber lainnya, Copenhagen disupplai oleh turbin angin yang terletak di lepas pantai dan merupakan kota Scandinavian pertama yang melaksanakan aturan “green roof”. Aturan ini mewajibkan seluruh atap dengan kemiringan dibawah 30 derajat untuk dilengkapi dengan tanah dan vegetasi.
3. Bogotá, Kolombia
Bogotá adalah kota yang berambisi menyediakan ribuan bus rendah emisi pada akhir 2014. Kota ini juga memiliki program kendaraan listrik paling ambisius di dunia.
Sebanyak 200 bus pengumpan (feeder) hibrida (bertenaga campuran bensin dan listrik) saat ini tengah diproduksi dan diperkirakan akan bisa digunakan pada akhir tahun ini. Bogotá juga menargetkan pengoperasian 46 taksi listrik dan mengurangi emisi gas rumah kaca dari taksi sebesar 70%.
Jaringan bus rapid transit (BRT) Bogotá yang diperkenalkan pada 2000 terus berkembang dan berhasil mengangkut 1,5 juta penumpang per hari. Pembangunan BRT tahap ketiga sepanjang 36 km saat ini masih terus berlangsung. BRT di Bogotá adalah skema transportasi pertama yang berhasil mendapatkan dana karbon di bawah Protokol Kyoto.
Bogotá kini bekerja sama dengan operator bus dan lembaga keuangan seperti Bank Dunia dan IDB guna memromosikan pembiayaan inovatif sehingga mampu menularkan program-program ini ke kota-kota lain. Bogotá adalah pemenang Siemens dan C40 City Climate Leadership Awards untuk kategori Urban Transportation tahun ini.
Selain beberapa kota yang berhasil, namun ada juga kota yang gagal dalam penerapan green city, bahkan pada beberapa kota hampir sebagian besar lingkungannya rusak mulai dari polusi udara, air, tanaman, dll.
Berikut adalah contoh kota yang gagal dalam penerapan green city :
Beijing, Heibei, Tianjin (China)
3 kota utama diatas adalah kota dengan kadar polusi yang sangat banyak hingga mereka tidak mencapai standar lingkungan. Hal ini salah satunya disebabkan karena mereka memproduksi 55% Besi Cina, 40% semen, juga 52% gas dan diesel.
Bahkan hampir sebagian besar kota kota di bagian utara China memiliki masalah dengan polusi udara ini, dampaknya selain terhadap negara China ini sendiri, juga mulai merambah ke negara di sekitarnya.
http://www.colorcoat-online.com/blog/index.php/2010/12/the-worlds-greenest-cities/
http://bappeda.bandaacehkota.go.id/program-strategis/green-city/
http://www.hijauku.com/2013/10/15/13-kota-bersaing-menjadi-yang-terhijau/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar