Telah
disebutkan pada post yang sebelumnya bahwa secara umum, arsitektur lingkungan
adala hkegiatan bangun membangun yang berkaitan dengan perencanaan tata kota,
landscape planning, urban design, interior maupun eksterior yang memperhatikan
kondisi fisik sumber daya alam, yang meliputi air, tanah, udara, iklim, cahaya,
bunyi dan kelembaban. Arsitektur lingkungan sangat berkaitan erat
dengan arsitektur hijau (green architecture) karena sama - sama berhubungan
dengan sumber daya alam.
Dalam menerapkan
sebuah desain berwawasan lingkungan berikut ini beberapa hal yang harus
diperhatikan :
- Memperhatikan hubungan antara ekologi dan arsitektur, yaitu hubungan antara massa bangunan dengan makhluk hidup yang ada disekitar lingkungannya, tak hanya manusia tetapi juga flora dan fauna nya. Pendekatan ekologis dilakukan untuk menghemat dan mengurangi dampak–dampak negatif yang ditimbulkan dari terciptanya sebuah massa bangunan, akan tetapi dengan memanfaatkan lingkungan sekitar.
- Memberikan dampak pada estetika bangunan
- Dapat memberikan pemecahan masalah pada tata letak bangunan atau kota.
- Memperhatikan kondisi lahan yang akan dibangun. Sebagai contoh bila bangunan akan didirikan pada lahan yang memiliki kemiringan, maka dengan pendekatan ekologis bisa dicarikan solusinya seperti memperkuat pondasi, atau menggabungkan unsur alam pada lingkungan dengan bangunan yang ada sehingga semakin estetis bangunan yang tercipta.
CONTOH BANGUNAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN YANG BERHASIL
Perpustakaan
UI
Bangunan
ini dirancang dengan konsep sustainable building bahwa kebutuhan energi
menggunakan sumber terbarukan, yakni energi matahari (solar energy) yang dipasang di atap
bangunan.
Selain
itu, di dalam gedung pengunjung dan pegawai tidak boleh membawa tas plastik
untuk wadah. Area bangunan ramah lingkungan itu bebas asap rokok, hemat
listrik, air, dan kertas. Hal ini membuat bangunan ini jadi lebih nyaman
digunakan tanpa adanya asap rokok yang mengotori polusi udara.
Punggung
bangunan dari gedung ini ditimbun tanah dan ditanami rerumputan untuk
mendinginkan suhu ruangan di dalamnya. Hal ini mereduksi fungsi alat pendingin udara sampai 15 persen. Sementara
Interior bangunannya didesain terbuka dan menyambung antara satu ruang dan
ruang yang lain melalui sistem void. Dengan begitu, penggunaan sirkulasi udara
alam menjadi maksimal.
Walaupun
lebih dari sebagian bangunan tersebut ditimbun lapisan tanah dan rumput,
kondisi ruangan tidak gelap. Sebab, di antara punggung rerumputan itu terdapat
jaringan-jaringan selokan yang di sampingnya terdapat kaca tebal bening selebar
50 sentimeter. Selokan itu untuk mengalirkan air hujan ke tanah resapan,
sedangkan fungsi kaca sebagai sistem pencahayaan.
Untuk memenuhi
standar ramah lingkungan, bangunan juga dilengkapi dengan sistem pengolahan
limbah. Karena itu, air buangan toilet dapat digunakan untuk menyiram di punggung
bangunan. Tentunya, setelah diproses melalui pengolahan limbah atau sewage
treatment plant (STP).
Sumber :
http://www.jpnn.com/m/news.php?id=70970
Tidak ada komentar:
Posting Komentar