Senin, 15 Juni 2015

Review Film Indonesia : Filosofi Kopi

Ben dan Jody adalah pendiri kedai kopi bernama Filosofi Kopi yang bersahabat sejak lama. Ben adalah peracik kopi yang handal, sementara kedai tersebut sendiri  adalah warisan ayah Jody. Ben telah tinggal selama 18 tahun bersama keluarga Jody, dari kecil hingga dewasa disekolahkan oleh ayah Jody. Ayah Jody dikenal sebagai pribadi yang baik ke semua orang.
Namun setelah ayahnya meninggal, barulah Jody tahu bahwa sang ayah memiliki hutang hingga ratusan juta. Tagihan tersebut kemudian menjadi tanggung jawab Jody begitu pula dengan Ben sebagai pemilik kedai. Keduanya mengalami kesulitan untuk membayar hutang tersebut, terlebih karena pengunjung kedai kopi miliknya terbilang tidak konsisten. Satu-satunya modal yang dimiliki Filosofi Kopi hanyalah kehandalan Ben dalam meracik kopi.
Suatu ketika seorang kontraktor menawarkan tantangan kepada Ben untuk meracik kopi terenak. Sang kontraktor tersebut ingin memenangkan tender yang ditawarkan dengan memanfaatkan hobi sang konglomerat tersebut akan kopi. Ben pun diminta membuat kopi yang paling enak agar kontraktor bisa memenangkan tender proyek tersebut. Apabila ia bisa memenangkan tantangan tersebut, ia bisa membawa pulang hadiah yang tentunya bisa digunakan untuk membayar hutang.
Ben pun berusaha meracik kopi yang  paling enak, hingga ia menemukan sebuah resep bernama kopi ‘Perfecto’. Jody, Ben dan crew Filosofi Kopi sangat percaya diri kopi ini bisa memenangkan tantangan tersebut. Sampai seorang wanita pecinta kopi datang ke kedai Filosofi Kopi, mengatakan bahwa Perfecto masih kalah dengan kopi ‘Tiwus’ yang pernah dicicipinya di dareah Jawa Tengah. Mulai dari sinilah perjalan mereka dalam mencari sebuah kopi yang sempurna dimulai dengan berbagai macam konflik yang muncul hingga mencapai titik puncaknya dimana karakter masing masing tokoh keluar

Cast :                                         
Film ini disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko. Dia pun bertindak sebagai produser bersama dengan Anggia Kharisma, dan Handoko Hendroyono. Adi S. Jerikho Nagara bertindak sebagai Associate Producer dan juga Glenn Fredly dan Chicco Jerikho sendiri juga sebagai Co-Producer.
Chicco Jerikho sendiri bermain sebagai Ben – si penggila kopi dan bahkan bisa kita bilang terobsesi terhadap kopi dan kesempurnaan. Sedangkan Rio Dewanto bermain sebagai orang keturunan yang memiliki modal (walau karena hutang) dan merupakan orang keuangan yang penuh perhitungan. Tak lama muncul Julie Estelle yang bermain sebagai gadis Indonesia yang lama di luar negeri karena sang ayah berkeliling meneliti kopi.
Film ini memang berpusat pada ketiga karakter di atas, namun banyak nama-nama yang cukup terkenal dalam perfilman Indonesia yang terlibat dalam film ini. Di antaranya Slamet Rahardjo yang bermain sebagai pemilik kedai kopi Tiwus yang dibilang lebih enak oleh El. Kemudian ada Jajang C. Noer yang bermain sebagai sang istri pemilik kedai kopi.

Review :
Film ini memang banyak ditunggu oleh penikmat kopi karena judulnya filosofi kopi dan banyak orang yang berkata bahwa film ini membangkitkan kesadaran tentang kekayaan dan kekuatan Indonesia dalam hal keberadaan kopinya. Namun film ini tidak selalu menceritakan mengenai kopi saja, tetapi film ini sarat akan makna megenai hubungan manusia satu dengan lainnya. Seperti digambarkan pada hubungan antara ayah dan anak, begitu juga dalam persahabatan antara Ben dan Jody yang dapat melengkapi satu sama lainnya.

Alur cerita Filosofi Kopi dalam film, berkesan sederhana tapi memiliki banyak hal. Terutama untuk para pecinta kopi. Bagaimana secangkir kopi dibuat, kemudian menceritakan berbagai momen dengan kesan berbeda bagi tiap penikmatnya dan masih ada nilai lain dari film ini yaitu pesan moral kekeluargaan, persahabatan, kesederhanaan dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar